cha cha burange..

Foto saya
subang, jawa barat, Indonesia
i'm the stargirl... hanya ingin hidup dalam damai..

Senin, 15 Juni 2009

Kutipan kata-kata indah yg di susun oleh Nizami dalam bukunya yg terkenal “LAILA MAJNUN”

“Angin timur, cepatlah pergi. Temuilah dia disana, belailah rambutnya dengan lembut, dan berbisiklah di telinganya. Katakan padanya, ‘Orang yg telah mengorbankan segalanya untukmu menyampaikan salam dari jauh. Titipkan sehembus nafasmu melalui sang angin untuk memberi tau dia bahwa engkau masih memikirkannya’” .

[25]

>>Malam menghamparkan jubah lembayungnya ke atas permukan bumi. Dan bulan dengan meminjam cahaya matahari, menjelma jadi sebuah bola besar keperakan di langit.<<

[??]

>>Fajar baru menghamparkan jubah emasnya ke atas permukaan bumi, menyematkan kancing keemasan matahari ke telinga langit, menyingkirkan bintang-bintang dalam sekejap.<<

[27]

Ketika taman Laila sedang berbunga,

Majnun terbaring di luar sana menderita,

Mana mungkin Laila dapat tertawa dan tersenyum,

Sementara Majnun tersiksa oleh cinta.

[71]

Duka di hatiku tak kau hiraukan,

Tangis di mataku tak kau pedulikan,

Dari banyak janji yg kau ucapkan,

Tak satu pun yg kau tunaikan.

Kau bersumpah membuat dahagaku terpuaskan.

Semua sumpahmu kini kau campakkan.

Mengapa dulu sumurmu kau tampakkan,

Jika isinya hanya kutukan.

[83]

Aku melihat matanya dalam matamu, lebih hitam dari kegelapan.

Namun bayangannya tidak akan kembali oleh hanya kesamaan.

Karena apa yg telah hilang dariku tidak akan tergantikan.

Dan yg tersisa hanyalah kenangan yg menyakitkan...

[102]

>>Ketika fajar telah membentangkan sayap cahayanya dan matahari membakar jubah hitam malam dengan panasnya, peri tidur akhirnya melepaskan belenggu pikiran Majnun dan mengembalikannya kepada Majnun, memperkenankannya bangun.<<

[105]

Setiap hembusan angin membawa harummu untukku.

Setiap kicauan burung mendendangkan namamu untukku.

Setiap mimpi yg hadir membawa wajahmu untukku.

Setiap pandangan menampakan bayanganmu untukku.

Aku milikmu, aku milikmu, jauh maupun dekat.

Dukamu adalah dukaku, semuanya milikku,dimana pun ia tertambat.

[106]

Keluarkan aku dari sumur kesepian ini,

Karena cahaya hidupku pudar dalam belantara ini.

‘Jangan takut, karena adalah aku milikmu!’ kau berkata.

Bila itu benar, datanglah sekarang, atau mereka akan menemukanku tak bernyawa.

Sekali terperangkap, kambing yg sekarat mendengar terlambat,

Teriakan ‘Awas serigala!’ yg akan membuatnya selamat.

[111]

>>Biduk malam telah mengangkut muatan bintang-bintang yg gemerlapan menuruni sungai Tigris di cakrawala, sementara matahari mendirikan tenda keemasannya di atas hamparan biru padang rumput langit. Fajar telah tiba.<<

[125]

Kau penyebab sekaratku berkepanjangan,

Tapi hasratku padamu membuat kau kumaafkan.

Kaulah sang matahari sementara aku bintang malam,

Cahayamu menyurutkan kerlipku yg kelam.

Nyala lilin iri padamu,

Bunga mawar merekah dalam namamu.

Terpisah darimu? Tidak akan pernah!

Cinta dan kesetiaanku hanya untukmu. Aku bersumpah!

Walau tersiksa, aku akan tetap menjadi sasaran cambukmu.

Ketika mati, aku adalah darah di nadimu.

[136-136]

>>Rembulan tampak bagaikan sebuah bola perak yg bercahaya, sementara di kaki langit Venus berpijar seperti lahar, meteor jatuh ke bumi bagaikan lembing yg menyala-nyala yg dilemparkan oleh sesosok tangan dari langit, bintang-bintang berkelap-kelip seakan-akan ribuan manik-manik yg berkilauan telah dijahitkan di atas jubah lembayung langit.<<

[168]

>>.., sang penunggang kuda yg megah, matahari, melesat ke dalam gelanggang yg sangat luas dimana roda langit berputar. Lawannya yang berjubah perak, bintang-bintang, memucat dan segera mundur tergesa-gesa ke arah barat. Air muka sang penakluk, yg bersinar-sinar, terlalu menakutkan bagi cawan kristal malam, yang kemudian gemetar hingga akhinya pecah, menumpahkan anggurnya hingga mengubah langit menjadi lembayung dari ufuk ke ufuk. Dengan demikian datanglah sang fajar dan lahirnya sebuah hari baru.<<

[213]

Bilamana taman meriah oleh mawar-mawar merah,

Betapa cocoknya menyandingkannya dengan anggur merah delima.

Aku heran, untuk siapa mawar mengoyak pakaiannya?

Untuk cinta sang kekasih, kukoyak pakaianku sendiri!

Bukankah mangsa yg malang menjerit akan ketidakadilan?

Lalu mengapa meributkan halilintar?

Jika korbannya adalah aku!

Bagaikan tetes hujan di saat matahari terbit yg jatuh menetes pada kelopak melati,

Pada pipi sang kekasih, airmataku bercucuran.

Tulip yg memerah di seluruh daratan bagaikan batu delima.

Pencuri mana yg telah merampas intan milikku?

Pepohonan menebarkan wanginya dalam aroma bunga,

Hingga aroma Khotan tak bisa bernafas dalam kekaguman

[225]

Renungan :

“Jiwa manusia tidak lebih dari seberkas cahaya, terlahir untuk bersinar dalam suatu masa yg singkat sebelum akhirnya padam selamanya. Di alam ini semua hal di takdirkan untuk binasa, tak ada yg abadi. Namun, jika Anda ‘mati’ sebelum Anda mati, berpaling dari dunia dan kemunafikan wajahnya, Anda akan meraih keselamatan yg sesungguhnya dalam kehidupan yg abadi. Terserah pada Anda : Anda adalah penentu bagi takdir diri Anda sendiri, dan apapun takdir Anda sekarang, atau apa pun takdir yg akan Anda hadapi, ia terletak di dalam diri Anda sendiri. Dan pada akhirnya, kebaikan akan di satukan dengan kebaikan; dan keburukan dengan keburukan. Ketika rahasia Anda di teriakan dari puncak gunung dan gaungnya kembali, Anda akan mengenali suara itu sebagai suara Anda sendiri...”

[148]

“Dan apakah kehidupan manusia itu, selain dari sebuah kilatan halilintardi dalam kegelapan? Ia tek berarti apa-apa: bahkan jika ia bertahan ribuan tahun, dibandingkan dengan keabadian, ia tak lebih dari sebuah kedipan mata. Dari awal, kehidupan selalu memikul segel kematian: kehidupan dan kematian saling melekat bagaikan seorang pecinta, lebih dekat dari sepasang bayi kembar yg terlahir dengan badan saling terhimpit. Hai manusia, sampai kapan kau akan menarik terus gulungan benang wol di hadapanmu? Sampai kau akan menolak melihat kenyataan? Setiap butir pasirmenilai diri berdasarkan ukuran dirinya sendiri, mengambil panjang dan lebar dirinya sebagai satu-satunya ukuran untuk dunia. Namun di sebelah gunung ia bukan apa-apa. Engkau tidak lain dari sebutir pasir, seorang tawanan di dalam sebuah dunia yg penuh dengan ilusi. Kau harus menjebol dinding penjaramu dan membebaskan diri! Kau harus membebaskan jiwamu dari dirimu dan dari seluruh manusia! Kau harus belajar bahwa apa yg kau anggap sebagai kenyataan adalah sama sekali tidak nyata dan bahwa kenyataan adalah sesuatu yg sama sekali berbeda! Ikuti nasihat penulis ini: jadilah seperti lilin dan bakarlah hartamu-hanya dengan itu dunia, yg sekarang adalah penguasamu,akan menjadi budakmu.”

[215]

Cerita ttg ayam yg tertawa pada waktu yg salah dan semut, seorang pelayan dg sang raja dan anjing setannya, dan seorang raja arif yg dapat pelajaran dari seorang darwis si gila Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mangga, di antosan pisan comment nyah..

fans